Remaja adalah fase perkembangan manusia diantara anak-anak dan orang dewasa. Fase ini sering disebut sebagai masa transisi menjadi orang dewasa. Oleh karena itu remaja memiliki beberapa ciri khusus, yang pertama remaja ingin hidup lebih mandiri, tidak terikat peraturan rumah / keluarga karena mereka merasa akan dewasa. Yang kedua remaja ingin melakukan hal-hal baru, hal-hal yang saat anak-anak tidak dapat mereka lakukan. Yang ketiga adalah remaja mencari jati diri kedewasaannya, dalam pencariannya ini mereka akan mencoba masuk / bergabung dalam kelompok-kelompok tertentu.
kelompok terbentuk karena memiliki kesamaan pada anggota-anggotanya. Hal itu merupakan penyebab utama eratnya ikatan suatu kelompok. Pada remaja, proses penguatan ikatan pada kelompok itu akan bertambah karena keistimewaan dari perkembangan remaja itu sendiri. Kelompok akan memfasilitasi pencarian jati diri remaja, dalam kelompok remaja dapat melakukan hal-hal baru yang mereka inginkan, dan di dalam kelompok mereka akan mendapat penghargaan lebih dari teman-teman merekan. Itulah ciri khas remaja, yang sering disebut dengan pencarian identitas diri.
Kelompok-kelompok remaja terdiri dari macam-macam jenis, dari kelompok belajar sekolah, remaja Masjid, hingga kelompok remaja yang melakukan kenakalan remaja. Pembentukan kelompok di remaja dikarenakan satu hal yaitu perasaan yang sama di antara mereka. Ada yang membentuk kelompok karena sama-sama memiliki minat tertentu dan ada yang karena sama-sama merasa diabaikan oleh keluarga mereka. Seringkali kelompok remaja yang melakukan kenakalan itu terbentuk karena sama-sama merasa diabaikan oleh orangtua, baik remaja dengan ekonomi keatas, maupun yang menengah ke bawah. Masuknya remaja ke kelompok tertentu biasanya akan menyebabkan remaja-remaja itu mengidentitaskan dirinya seperti aturan-aturan yang ada dikelompok, mereka belajar menjadi seperti yang diminta oleh kelompok. Proses tersebut adalah proses kohesvitas kelompok (melebur) , dimana anggota-anggota kelompok semakin kuat ikatannya. Mereka mulai menerima nilai-nilai, kebiasaan yang ada dalam kelompok.
Semakin kohesif berarti kelompok itu semakin bagus, aktivitas kelompok menjadi lebih menarik, hidup, dan dinamis. Sayangnya ada satu kelemahan ketika suatu kelompok menjadi lebih kohesif. Kelompok akan terjebak dalam kesalahan atribusi sosial. Mereka akan menganggap kelompok mereka lebih benar dan lebih baik daripada kelompok lain. Selain itu, jika ada yang menganggu bagian dari kelompok, mereka akan berusaha membela kelompok. Walaupun belum tentu mereka berada pada pihak yang benar. Kelompok remaja yang kohesif juga demikian. Walaupun merupakan kelompok remaja “nakal”, mereka pasti memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan sebagai hasil aktivitas kelompok. Namun bisa saja sesuatu yang dapat dibanggakan itu belum tentu baik bagi masyarakat umum. Sisi buruknya tentu saja, jika ada yang mengusik kelompok remaja itu, mereka akan melakukan pembelaan terhadap kelompok. Bahkan jika ada yang menegur untuk kebaikan, kelompok akan sulit menerima teguran itu apabila menurut kelompok yang mereka lakukan sudah benar. Keadaan seperti ini yang sering menyebabkan perseteruan antar kelompok.
Perseteruan antar kelompok remaja adalah sesuatu yang wajar. Sayangnya, pada saat sekarang, perseteruan itu seringkali diselesaikan dengan cara tidak jantan. Pengeroyokan, tawuran sekarang lebih disukai oleh remaja, daripada penyelesaian menggunakan logika, atau jika harus menggunakan fisik bisa dengan tanding satu lawan satu dalam bentuk kompetisi. Jantan bagi kelompok remaja saat ini adalah bagaimana mereka ditakuti oleh kelompok remaja yang lain, bukan lagi jantan karena mereka disegani kelompok lain. Pergeseran paradigma ini yang mempengaruhi banyak kelompok remaja saat ini.
Ketidakjantanan remaja-remaja saat ini sangat disayangkan. Di satu sisi mereka memiliki nilai positif namun disisi lain nilai itu tertutupi oleh ketidakjantanan mereka. Perubahan ini bisa saja terjadi karena pergeseran budaya. Budaya lokal yang penuh dengan kearifan semakin ditinggalkan. Dengan alasan budaya lokal adalah budaya kuno, tidak hanya remaja bahkan orang dewasapun beralih pada budaya-budaya luar yang belum tentu baik. Permasalahan pada remaja saat ini memang sangat banyak, mulai dari masalah keluarga, sosial, ekonomi, bahkan pendidikan merupakan permasalahan yang banyak dihadapi saat ini. Ketidakmampuan bertahan dalam menghadapi permasalahan yang ada juga bisa menjadi penyebab remaja yang berkelompok melakukan tindakan anarki yang sama sekali tidak jantan.
Untuk menyikapi permasalahan remaja saat ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Tujuan penyikapan itu adalah untuk mengubah paradigma dari paradigma jantan remaja yang tidak jantan, menuju pada kejantanan yang sebenarnya. beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi masalah remaja saat ini memerlukan peran seluruh pihak, keluarga, lingkungan sekitar, sekolah, hingga pemerintah.
Keluarga adalah kelompok sosial inti dari manusia, jika permasalahan dalam keluarga dapat dihadapi dengan baik maka akan membentuk keluarga yang sehat. Orang tua memberi teladan, mendidik, memberi kebebasan pada anak-anaknya yang remaj dengan cara yang baik pula. Remaja akan merasa memiliki tempat kembali yang nyaman, keluarga yang dapat dibanggakan. Lingkungan sekitar menjadi tempat remaja menunjukkan identitas mereka. Lingkungan memberi kesempatan bagi remaja berapresiasi, memberi penghargaan atas aktivitas remaja, lingkungan memberikan tanggung jawab bagi remaja agar mereka bisa belajar bertanggungjawab, dan lingkungan juga melakukan kontrol dan penjagaan bagi remaja-remajanya dalam nuansa kekeluargaan.
Sekolah tidak hanya menjadi tempat bagi remaja untuk belajar, mencari nilai. Dimana siswa cerdas adalah mereka yang memiliki prestasi akademis bagus. Namun sekolah juga memberikan ruang bagi remaja-remaja yang menjadi siswanya untuk bisa menemukan jati diri mereka. Menghidupkan kegiatan ekstrakurikuler bisa jadi pilihannya, bukan hanya kegiatan Pramuka saja, tapi yang lainnya juga. Kegiatan olahraga, keagamaan, seni, bahkan kegiatan penelitian atau kelompok studi. Banyak sekolah yang telah memahami bahwa potensi siswa tidak hanya dibidang akademis saja, namun terdapat kendala pada sekolah, yang selalu dituntut untuk menyelesaikan kurikulum akademis yang cukup padat. Disitulah tampak peran pemerintah, perbaikan sistem pendidikan, perbaikan cara pengembangan SDM nya, hingga menyelesaikan semua permasalahan yang saat ini ada.
Jika ingin melihat Indonesia 20 tahun yang akan datang, maka lihatlah remaja yang ada saat ini. Jika ingin melihat Indonesia 20 tahun yang akan datang lebih baik daripada Indonesia saat ini, maka menjadi kewajiban bagi semua pihak untuk memperbaiki diri dan memperbaiki kondisi remaja yang ada saat ini.